Konon
  kabarnya beberapa abad yang lalu Raja Pajajaran mengutus Prajuritnya  
sebanyak 42 orang untuk datang ke Desa Luragunglandeuh seta maksud dan  
tujuannya membawa seseorang asli turunuan Luragung yang bernama Buyut  
Suramanggala.  
          Setelah
  beberapa hari diperjalanan sampailah mereka ke desa Luragunglandeuh 
dan  mereka bertemu dengan seorang laki – laki yang sedang mencangkul di
  sawah, kemudian para prajurit tersebut bertanya kepada laki – laki 
itu, “  Dimana rumah Suramanggala ? “ laki – laki itupun menunjukan ke 
arah  rumah yang ditanyakan tadi, jauhnya diperkirakan 100 meter dari 
laki –  laki tersebut.
          Setelah
  tiba di rumah yang ditunjukan tadi ternyata hanya ada seorang  
perempuan, dan prajurit tersebut bertanya kepada perempuan tersebut “  
Apakah benar ini rumah Suramanggala ?” perempaun itu menjawabnya “ iya  
ini betul rumah Sruamanggala “ sambil menganggukan kepalanya. Pada waktu
  itu juga mereka menanyakan orang yang bernama Suramanggala dan  
perempuan tadipun menjawab “ itu dia Suramanggala “ dengan menujukan kea
  rah laki – laki yang sedang mencangkul tadi.
          Setelah
  mendengar jawaban dari isterinya maka prajurit tersebut kembali kepada
  laki – laki yang sedang mencangkul tadi dengan perasaan kesal dan  
jengkel. Setelah menghampiri kembali laki – laki tersebut mereka  
memarahi laki – laki tersebut karena merasa dibohongi. “Karena yang  
ditanyakan adalah rumah Suramanggala saya menunjukan rumahnya tapi kalau
  menanyakan Suramanggala sayalah orangnya” jawab laki – laki tersebut. 
 Dan setelah mendengar jawaban dari Buyut Suramanggala barulah mereka  
menyadarinya.
            Setelah
  beristirahat sejenak Buyut Suramanggala menanyakan apa maksud tujuan  
mereka datang ke Luragung untuk bertemu dengan Buyut Suramangala. Salah 
 satu komandannya yang menamkan dirinya si Centong menjawab bahwa kami 
di  utus oleh Raja kami untuk membawa Buyut Suramanggala guna dijadikan 
 Panglima Perang di Negara Kerajaan Pajajaran. Namun Buyut Suramanggala  menolak
  permintaan dari Raja Pajajaran tersebut, yang akhirnya seluruh 
prajurit  memaksanya dengan jalan kekerasan. Tapi karena kesaktian Buyut
  Suramanggala sambil bersin dan dengan menggoyangkan badannya prajurit 
 sebanyak 42 orang terpental jauh. Setelah mereka siuman dan sadar  
penglihatannya, mereka melihat kepada arah Buyut Suramanggala seakan –  
akan kaki kirinya menginjak gunung Ciremai dan kaki kanannya kelihatan  
mengunjak Gunung Slamet. Setelah melihat kejadian itu maka mereka  
bercerita kepada Buyut Suramanggala bahwa kesaktian Raja kami ( Raja  
Pajajaran ) tidak seberapa kesaktiannya jika dibandingkan dengan  
kesaktian Buyut Suramanggala. Maka Prajurit Pajajaran tersebut sejak  
saat itu akan mengabdi sepenuhnya kepada Buyut Suramanggala. Namun Buyut
  Suramanggala mengutus dua orang prajurit untuk kembali serta 
melaporkan  kepada Raja Pajajaran bahwa yang 40 Prajurit pajajaran akan 
tinggal dan  mengabdi kepada Buyut Suramanggala ( sebagai anak buahnya 
). Setelah ke  dua orang tersebut pergi, Buyut Suramanggala menanyakan 
kepada prajurit  tentang makanannya sehari – hari di kerajaan Pajajaran.
 Maka dijawab  oleh prajurit “makanannya seperti apa yang selalu dipakai
 sesajen saat  nyuguh.”Dan setelah itu Buyut Suramanggala memberikan 
pesan kepada siapa  saja yang menjadi Kuwu ( Kepala Desa ) 
Luragunglandeuh, setiap bulan  Maulid pada hari Jum’at pertama 
diwajibkan untuk melaksanakan Upacara  Ritual yang dinamakan Upacara 
Nyuguh. Dan yang menyediakan masakan (  sesajen) adalah turunan dari 
Buyut Suramanggala yaitu untuk ke 40 orang  prajurit dari pajajaran yang
 menurut cerita menjelma menjadi harimau
