Minggu, 18 Januari 2015

Mang Koko, Tokoh Budaya Sunda

0 comments

BANDUNG (TCJ) Koko Koswara biasa dipanggil Mang Koko, (lahir di Indihiang, Tasikmalaya, 10 April 1917 – meninggal di Bandung, 4 Oktober 1985 pada umur 68 tahun) adalah seorang seniman Sunda.

Ayahnya Ibrahim alias Sumarta, masih keturunan Sultan Banten (Sultan Hasanuddin). Ia mengikuti pendidikan sejak HIS (1932), MULO Pasundan (1935). Bekerja sejak tahun 1937 berturut-turut di: Bale Pamulang Pasundan, Paguyuban Pasundan, De Javasche Bank; Surat Kabar Harian Cahaya, Harian Suara Merdeka, Jawatan Penerangan Provinsi Jawa Barat, guru yang kemudian menjadi Direktur Konservatori Karawitan Bandung (1961-1973); Dosen Luar Biasa di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung (sekarang Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung), sampai ia wafat.

Bakat seni dan karya-karyanya Bakat seni yang dimilikinya berasal dari ayahnya yang tercatat sebagai juru mamaos Ciawian dan Cianjuran. Kemudian ia belajar sendiri dari seniman-seniman ahli karawitan Sunda yang sudah ternama dan mendalami hasil karya bidang karawitan dari Raden Machjar Angga Koesoemadinata, seorang ahli musik Sunda. Ia juga tercatat telah mendirikan berbagai perkumpulan kesenian, diantaranya:
  • Jenaka Sunda "Kaca Indihiang" (1946),
  •  "Taman Murangkalih" (1948), 
  • "Taman Cangkurileung" (1950), 
  • "Taman Setiaputra" (1950),
  •  "Kliningan Ganda Mekar" (1950), 
  • "Gamelan Mundinglaya" (1951), dan 
  • "Taman Bincarung" (1958). 
Mang Koko juga mendirikan sekaligus menjadi pimpinan pertama dari "Yayasan Cangkurileung" pusat, yang cabang-cabangnya tersebar di lingkungan sekolah-sekolah seprovinsi Jawa Barat. Ia juga mendirikan dan menjadi pimpinan Yayasan Badan Penyelenggara Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI), Bandung (1971).

Karya cipta kakawihan yang ia buat dikumpulkan dalam berbagai buku, baik yang sudah diterbitkan maupun yang masih berupa naskah-naskah, diantaranya:
  • "Resep Mamaos" (Ganaco, 1948),
  • "Cangkurileung" (3 jilid/MB, 1952),
  • "Ganda Mekar" (Tarate, 1970),
  • "Bincarung" (Tarate, 1970),
  • "Pangajaran Kacapi" (Balebat, 1973),
  • "Seni Swara Sunda/Pupuh 17" (Mitra Buana, 1984),
  • "Sekar Mayang" (Mitra Buana, 1984),
  • "Layeutan Swara" (YCP, 1984),
  • "Bentang Sulintang/Lagu-lagu Perjuangan"; dan sebagainya.
Karya-karyanya bukan hanya dalam bidang kawih, tapi juga dalam bidang seni drama dan gending karesmen. Dalam hal ini tercatat misalnya:
  • "Gondang Pangwangunan",
  • "Bapa Satar",
  • "Aduh Asih",
  • "Samudra",
  • "Gondang Samagaha",
  • "Berekat Katitih Mahal",
  • "Sekar Catur",
  • "Sempal Guyon",
  • "Saha?",
  • "Ngatrok",
  • "Kareta Api",
  • "Istri Tampikan",
  • "Si Kabayan",
  • "Si Kabayan jeung Raja Jimbul",
  • "Aki-Nini Balangantrang",
  • "Pangeran Jayakarta",
  • "Nyai Dasimah".

Sumber : serba-tradisional.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar