Senin, 02 Februari 2015

Internasionalisasi Bahasa Sunda ditengah Globalisasi: Pentingnya Peran Pemuda

0 comments
Indonesia adalah bangsa yang kaya akan ragam budaya dan bahasa yang berasal dari ratusan suku bangsa di seantero kepulauan nusantara. Inilah yang menjadikan tantangan sekaligus kekuatan bagi negeri ini untuk menjadi contoh bagi dunia dalam hal integrasi dan preservasi kebudayaan.
Sunda adalah salahsatu yang masuk dalam 5 besar suku bangsa di Indonesia. Sunda berpusat di Jawa Barat meskipun kini telah banyak perantauan Sunda menyebar ke berbagai daerah di Indonesia bahkan hingga ke luar negeri. Sunda juga memiliki kebudayaan yang sangat luhur dan sesungguhnya beragam mulai dari berdirinya Kerajaan Pajajaran yang bercorak Hindu, kemudian masuknya Islam, hingga adanya pengaruh kolonialisme Belanda. Sunda yang identik dengan Jawa Barat memiliki corak budaya yang lekat dengan nuansa alam pedesaan (baca: kampung) yang begitu asri dan tradisional. Selain itu, bahasa Sunda yang khas telah menjadikan budaya ini masih relatif kuat menghadapi arus modernisme yang terjadi pada era gobalisasi saat ini.
Bahasa adalah alat pemersatu bagi suatu komunitas, suku bangsa, bangsa, bahkan masyarakat global. Bahasa juga sangat penting untuk mempertahankan identitas sosio-kultural yang mengalir dalam darah suatu entitas sosial. Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bagi seluruh suku bangsa yang mendiami nusantara, namun dalam konteks kedaerahan, bahasa Sunda (basa) adalah bahasa kedua terbesar setelah bahasa Jawa.
Kini, menghadapi era globalisasi dimana kompetisi hadir di seluruh aspek dan dimensi kehidupan, maka penggunaan bahasa pun tak luput dari hal tersebut. Indonesia yang memang sejak zaman dahulu kala terbuka dengan perubahan internasional telah terpengaruh oleh arus globalisasi dimana penggunaan bahasa asing kini semakin digencarkan. Sementara itu, disisi lain, ternyata penggunaan bahasa daerah di Indonesia semakin tergerus karena sistem pendidikan di banyak sekolah yang kurang mengadopsi pemeliharaan nilai-nilai kultural lokal dan tradisional dan justru terlena oleh hal-hal yang terlalu berbau internasional tanpa melalui filterisasi. Indonesia sesungguhnya saat ini menghadapi kondisi ‘menuju darurat kultural’ karena nilai-nilai tradisional termasuk penggunaan bahasa daerah telah terancam hebat dan belum ada upaya penyelamatan yang sangat komprehensif untuk hal itu. Selain itu, pemerintah baik nasional maupun lokal seharusnya proaktif untuk menjawab tantangan globalisasi dengan menguasai peluang yang ada yakni mengembangkan potensi untuk internasionalisasi budaya tradisionalnya termasuk unsur bahasa.
Internasionalisasi bahasa daerah memang tidaklah mudah namun ini sebuah keharusan, mengapa? Karena jika kita tidak mengupayakannya maka tidak akan ada lagi penutur bahasa daerah tersebut. Banyak fakta dari pakar antropologi dan ahli budaya menyebutkan bahwa beberapa bahasa tradisional di Indonesia telah punah dan sebagian besar dalam kondisi darurat. Meskipun bahasa Sunda tidak dalam dua kondisi tersebut namun inilah saat yang tepat untuk bahasa Sunda segera go-international. Terlebih jika mengingat bahwa, Jawa Barat menduduki posisi no.1 sebagai daerah dengan populasi penduduk ekspatriat terbesar di Indonesia dengan Banten, Bekasi dan Purwakarta yang dipenuhi komunitas asal Korea dan Jepang, kemudian Bogor yang memilki jumlah cukup banyak asal Arab, dan sebagian lagi tersebar di berbagai penjuru Jawa Barat terutama Bandung dan sekitarnya. Ini tentu peluang besar agar bahasa Sunda diperkenalkan kepada mereka sehingga akan jauh lebih mempermudah kepentingan mereka selama berada di sini dan berinteraksi dengan masyarakat lokal misalnya dalam hal pemberian izin usaha, akuisisi lahan, perdagangan, komunikasi sosial, dan lainnya. Hal ini tentu dipertimbangkan secara seksama dan mendalam mengingat Jawa Barat adalah provinsi selain DKI Jakarta yang melakukan aktvitas ekonomi terbesar dengan pihak luar negeri baik itu investasi dan perdagangan. Pemerintah nasional beserta pemerintahan daerah (provinsi, kabupaten, dan kota) harus segera merancang paket kebijakan mengenai internasionalisasi budaya tradisional terutama bahasa sebagai salahsatu solusi dalam mengantarkan Indonesia menuju pembangunan yang merata dan berkelanjutan tanpa harus menghilangkan kekayaan budaya kita.
Pemuda adalah generasi yang sangat berperan penting dalam eksistensi suatu bangsa. Pemuda juga yang akan menjadi ujung tombak bagi jalannya pembangunan tidak hanya nasional namun juga di tingkat global. Pentingnya peran pemuda dalam dinamika kehidupan kontemporer merupakan refleksi bagi masyarakat untuk segera sadar dan mendorong para muda-mudi berperan aktif dan berkontribusi bagi pembangunan termasuk pemeliharaan budaya tradisional. Jika mengingat konteks Jawa Barat, populasi pemuda Sunda sangatlah mendukung pembangunan daerah yang tetap memelihara budaya tradisional.
Saya sendiri meskipun anak campuran suku bangsa Tionghoa, Jawa, dan Sunda namun saya sungguh tertarik dengan budaya Sunda. Dalam kesempatan berkali-kali berkunjung ke negara lain dalam beragam aktivitas, saya berusaha tetap untuk membawa identitas kultural saya sebagai bagian masyarakat Sunda dan bahkan mencoba untuk mengajarkan percakapan dasar bahasa Sunda kepada teman dan kolega internasional saya. Pun dalam kehidupan keseharian di rumah, saya juga banyak menggunakan bahasa Sunda daripada bahasa Tionghoa atau bahasa Indonesia. Meskipun bahasa Sunda memiliki 3 tingkatan penggunaan yakni kasar, halus (lemes), paling halus (panglemesna) namun sesungguhnya relatif mudah untuk dipelajari.
Upaya-upaya untuk bahasa Sunda go-internasional sejatinya bukan hanya tugas duta bahasa Prov. Jawa Barat atau tingkat kabupaten/kota namun seluruh elemen masyarakat Sunda. Di era globalisasi ini, pemuda diharapkan mengambil tanggung jawab penuh untuk menjembatani antara budaya lokal dan dinamika global. Pelajar dan mahasiswa dapat mengambil bagian dalam hal gerakan kesukarelawanan (volunteering movement) untuk mengajar gratis bahasa Sunda kepada teman-teman asing mereka baik yang berada di sekolah atau universitasnya maupun dalam dunia maya (online). Guru dan dosen pun juga dapat melakukan yang demikian walaupun pasti dalam tingkat yang lebih profesional. Para pelaku usaha dan aktivis sosial-budaya pun dalam segenap interaksinya dengan pihak internasional mereka harus berupaya mengenalkan bahasa Sunda sehingga hubungan yang terjalin pun menjadi lebih setara dan penuh pengertian satu sama lain akan identitas budayanya. Namun, sekali lagi, pemuda menjadi ujung tombak karena kalangan usia inilah yang paling terbuka dengan penuh semangat dan kreativitas untuk memanfaatkan segala peluang yang terbuka pada zaman globalisasi ini. Anak muda Sunda harus menyadari bahwa inilah saat yang tepat untuk terus berinovasi bagi pemeliharaan budaya Sunda di tengah globalisasi melalui internasionalisasi bahasa Sunda. Sesungguhnya sejak 1862, telah ada orang asing bernama Jonathan Rigg yang menerbitkan kamus Sunda-Inggris namun itu masih hanya sebuah literatur kamus bukan pengajaran asli yang memang berasal dari kalangan Sunda. Ini seharusnya memacu kita untuk lebih berupaya lagi menginternasionalisasi bahasa Sunda berdasarkan inisiatif dan kreativitas sendiri pada era globalisasi yang serba mudah dan instan.
Semoga kebudayaan Sunda termasuk bahasa Sunda dapat jauh lebih lagi dikenal oleh masyarakat dari berbagai bangsa dan terus hidup sebagai identitas sosio-kultural yang bernilai luhur.
sumber :  sobatbudaya.or.id