Sebagai
salah satu kota metropolitan di Indonesia, Kota Bandung harus bersifat
terbuka serta memiliki berbagai peran dan fungsi, serta memiliki daya
saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya dengan memanfaatkan
secara optimal dan sinergis berbagai potensi dan daya tarik yang
dimiliki yang dapat diandalkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.
Berkaitan
dengan pemanfaatan dan peningkatan potensi yang dimiliki kota Bandung
khususnya potensi dibidang ekonomi, pemerintah Kota Bandung menetapkan
kebijakan mengembangkan tujuh kawasan sentra industri perdagangan antara
lain Sentra Perdagangan Kain Cigondewah, Sentra Industri Dan
Perdagangan Rajutan Binongjati, Sentra Perdagangan Jeans Cihampelas,
Sentra Industri Kaos Suci, Sentra Industri Sepatu Cibaduyut, Sentra
Industri Tahu & Tempe Cibuntu dan terakhir Sentra Industri Boneka
Sukamulya Sukajadi Kota Bandung, menjadi kawasan industri potensial,
menjadi ikon Kota Bandung yang mendorong meningkatnya kota tujuan
wisata.
Tak
salah memang jika kemudian Pemerintah Kota Bandung menjadikan
kawasan-kawasan tersebut menjadi sebuah kawasan yang bernilai ekonomis
serta menjadi kawasan kunjungan wisata belanja. Seperti halnya Sentra Perdagangan Kain Cigondewah, yang memiliki lokasi
strategis karena berada dekat ke jalan Tol Padalarang-Cieunyi, ditambah
keberadaan tiga kelurahan yang menjadi pemasok keuntungan cukup besar
di Kecamatan tersebut yaitu Cigondewah Rahayu, Cigondewah Kulon dan
Cigondewah Kaler.
Cigondewah
sendiri berasal dari dua kata yaitu ‘ci” yang berarti air dan
“gondewah” yang mengandung makna busur panah. Jika awalnya daerah ini
tak mendapatkan perhatian dari publik, namun seiring perkembangan yang
terjadi tepatnya tahun 1990 semuanya ternyata berubah total.
Tersebutlah
H. Aep, seorang lelaki yang sesungguhnya hanya mampu menamatkan
pendidikan setingkat SD saja. Namun ia memiliki naluri bisnis yang luar
biasa. Ia menangkap peluang yang ada di daerahnya itu. Melihat banyaknya
potongan-potongan kain yang sudah tak digunakan dan hendak dibuang
pemiliknya, maka H. Aep berinisiatif mengumpulkannya dengan cara membeli
dengan harga murah dan menjualnya kembali kepada para perajin topi yang
ada di kawasan tersebut.
Seiring
perjalanan waktu, rupanya keberuntungan berpihak pada H. Aep, usahanya
semakin hari semakin maju. Apa yang dilakukannya ini sepertinya menjadi
inspirasi bagi para tetangga dan rekan-rekannya. Maka terjunlah beberapa
orang membuka usaha menjual kain-kain potongan tadi. Biasanya kain
tersebut didapatkan dari kawasan pabrik yang ada di Rancaekek, Majalaya
dan Mohammad Toha. Rupanya kondisi ini semakin hari semakin besar dan
berkembang hingga dengan sendirinya kawasan tersebut menjadi kawasan
penjualan kain murah yang merupakan sisa bahan dari pabrik.
Tentu
saja ini menjadi bukti jika kawasan Cigondewah adalah kawasan yang
semestinya mendapat perhatian khusus, utamanya dalam pengembangan
ekonomi ke depan. Kehadiran sentra penjualan kain murah Cigondewah mampu
pula mendorong usaha lain yang diuntungkan dengan adanya sentra
tersebut. Setidaknya kain jenis katun, korduroy, sprey, jeans, batik,
printing atau kebaya ada di sana dan dapat dibeli dengan harga yang
relatif murah.
Hal
ini dibuktikan dengan banyaknya orang yang menjadi konsumennya. Bukan
dari Kota Bandung dan wilayah Jawa Barat saja, nyatanya diketahui pula
ada yang datang dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Jakarta bahkan
ada pula yang datang dari Negeri Jiran, Malaysia yang sengaja
berkunjung ke sana untuk mencari kain murah untuk dijadikan sebagai
bahan untuk membuat pakaian yang diproduksinya. Konsumennya bisa
penjahit, pembuat baju bahkan pengusaha baju pun ada.
Awalnya
kawasan Cigondewah populer dengan penjualan kain kiloan, walaupun saat
ini pun masih berlaku. Namun kebanyakan saat ini justeru penjualannya
dengan sistem meteran. Berdasarkan pengakuan dari para penjual yang
berada di kawasan itu, barang atau kain yang dijualnya didapat dari
pabrik-pabrik di kawasan Kota dan Kabupaten Bandung, Sumedang dan daerah
industri di Jabotabek. Inilah kemudian yang membesarkan nama Cigobdewah
tadi. Walaupun sekarang pembeliannya harus cash and carry tetapi itu
tak menyurutkan usaha penjualan kain murah di Cigondewah menjadi
berhenti. Semuanya tetap eksis walau mengalami penurunan dalam soal
penghasilan yang didapatkan.
Dengan
kondisi inilah maka Pemerintah Kota Bandung menjadikan kawasan
Cigondewah menjadi kawasan wisata ekonomi. Juga di daerah tersebut tidak
hanya berkembang penjualan sentra kain murah saja tetapi berkembang
pula usaha boneka, pembuatan sprei, pembuatan topi, industri konveksi
dan bisnis yang berbahan dari kain. Melihat kondisi inilah maka para
penjual kain di Cigondewah ini tetap bertahan dengan satu harapan, ke
depan usaha yang akan dijalankannya terus berkembang dan dapat menangguk
keuntungan yang cukup besar.
Seiring
perkembangan yang terjadi tentunya berdampak dari usaha yang dijalankan
saat ini. Bertambahnya penjual tanpa diiringi pembeli yang bertambah.
Tentu saja mereka yang berdagang di sana seolah saling tarik menarik
pendapatan. Tetapi walaupun itu begitu terasa, namun para penjual di
sana tetap bertahan dengan kondisi yang ada sebab semua itu telah
dilakukan bertahun-tahun bahkan sudah ada yang berpindah tangan kepada
generasi selanjutnya. Bisnis penjualan kain murah di kawasan Cigondewah
ini tentu sebuah potensi yang masih bisa dikembangkan demi menambahkan
pendapatan asli daerah Kota Bandung pada tahun-tahun mendatang.
Jelas ini sebuah aset yang harus terus diperhatikan agar menghasilkan devisa yang cukup besar untuk Kota Kembang ini. Dan sebagai
kawasan yang telah cukup lama dikenal masyarakat baik lokal, regional
bahkan mancanegara, kawasan sentra industri sekaligus kawasan wisata
belanja ini harus dapat memberikan kenyamanan dari aspek infrastruktur
yang berwawasan lingkungan dan berwawasan K3 (tertib, bersih dan indah).
***
sumber : bedanews.com