Letaknya memang bukan di pusat Kota
Depok, tapi ketenarannya sudah sampai di luar Pulau Jawa. Adalah sentra
pembuatan dan penjualan pakaian di daerah Bulak Timur, Cipayung, Depok,
Jawa Barat. Ketika Anda memasuki Jalan Bulak Timur Raya, mata Anda akan
disuguhi dengan warna-warni pakaian yang menggantung dari toko yang
berjejer di sepanjang jalan.
Awalnya,
Bulak Timur menjadi sentra pembuatan dan penjualan pakaian bermula pada
tahun 1984, seorang pengusaha pakaian asal Kreo, Ciledug, Tangerang
memperistri wanita asli Bulak Timur. Kemudian suami istri tersebut
membuka pabrik dan toko pakaian, sejak saat itu masyarakat sekitar mulai
belajar untuk membuat aneka pakaian dan menjualnya di toko
masing-masing. Sejak saat itulah, Bulak Timur menjadi pusat pembuatan
pakaian di Kota Depok.
Pusat
pembuatan pakaian yang ada di Bulak Timur secara langsung dapat membantu
memberdayakan warga sekitar. Ahmad (50), misalnya, warga Bulak Timur
yang juga mempunyai pabrik pakaian di rumahnya ini mempekerjakan ibu-ibu
dari wilayah setempat untuk melakukan pekerjaan yang terkait dengan
produksi. “Di sini rata-rata pegawainya ibu-ibu, soalnya daripada mereka
nganggur di rumah ya mending di sini,” ungkap Ahmad.
Ada
pula Sanusi (37), warga Bulak Timur yang juga mempunyai pabrik pakaian
di rumahnya, Jl. Bulak Timur Raya No.38, Cipayung, Depok. Sanusi
mempekerjakan 10 pegawai di pabrik sederhana miliknya.
“Kita
produksi sesuai model pakaian yang sedang diminati, biasanya kita
ikut(model) baju-bajunya artis,” ungkap Sanusi saat ditemui Paradepok,
Senin (02/06/2014), di pabriknya. Sama halnya dengan Sanusi, pabrik
yang dimiliki Ahmad juga memproduksi berbagai pakaian seperti celana
legging, aneka model kerudung, bahkan pakaian anak-anak.
Untuk
memasarkan pakaian yang diproduksinya, Sanusi memiliki sebuah toko yang
berada di Jalan Bulak Timur Raya. Di toko miliknya, terdapat berbagai
macam pakaian seperti celana legging, baju atasan wanita, dan
rok. Selain menyalurkan melalui toko, produk pakaian Sanusi juga sudah
memasuki pasar di luar pulau Jawa. Setidaknya dalam sebulan, Sanusi
melakukan pengiriman barang sekitar 3-4 kali ke sejumlah daerah seperti
Pangkal Pinang, Samarinda dan Palangkaraya.
Bahan Sisa Garmen
Saat
ini bahan baku yang digunakan oleh warga Bulak Timur untuk membuat
pakaian diambil dari pabrik kain di Bandung. Sebelumnya, bahan baku yang
digunakan adalah bahan sisa garmen kualitas terbaik yang masih
berbentuk gulungan. Bahan sisa garmen tersebut berasal dari
pabrik-pabrik garmen di sekitar Depok. Akan tetapi saat ini banyak
perusahaan garmen yang gulung tikar dan menyebabkan langkanya bahan sisa
garmen tersebut.
Menurut Sanusi,
terdapat banyak perbedaan antara bahan kain dari Bandung dengan bahan
sisa garmen. Untuk motif dan ketebalan kain pada bahan sisa garmen tidak
bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Beda dengan kain yang berasal dari
pabrik di Bandung, karena merupakan kain baru maka motif dan ketebalan
kain bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Akan tetapi, harga kain yang
berasal dari Bandung lebih mahal dari harga bahan sisa garmen.
Dikarenakan
produksi sendiri, harga pakaian yang ditawarkan warga Bulak Timur
sangat terjangkau. Untuk baju atasan wanita, celana legging, dan rok
berkisar Rp15.000-Rp50.000 sedangkan untuk pembeli dengan partai besar
mempunyai harga yang sedikit berbeda. Karena merupakan sentra pembuatan
dan penjualan pakaian di Depok, tak heran banyak pedagang-pedagang dari
Tanah Abang dan Cipulir membeli pakaian dari tempat ini.
Hingga
saat ini, diperkirakan terdapat puluhan warga Bulak Timur membuka
pabrik dan toko pakaian. Dengan banyaknya saingan, Sanusi tidak
mempunyai strategi khusus agar pakaiannya tak ditinggalkan oleh
pelanggan. “Yang namanya rezeki, udah ada yang ngatur. Tapi saya berani
jamin kualitas,” terang Sanusi. Sedangkan mengenai omzet, menurut Sanusi
tergantung ramai tidaknya penjualan. Bulan Ramadhan menjadi berkah
tersendiri bagi Sanusi dan warga Bulak Timur lainnya, karena menjelang
dan saat bulan Ramadhan penjualan pakaian meningkat hingga dua kali
lipat dari biasanya. [ATR]
sumber : paradepok.com