RIDWAN KAMIL - Wali Kota Bandung
Salah
satu predikat Kota Bandung adalah sebagai pusat mode di Indonesia.
Selain terkenal dengan gaya berbusana para remaja dan kalangan dewasa
mudanya yang fashionable dan up to date, anak muda Paris van Java ini
pun populer dengan kreativitas dan inovasinya. Mereka kreatif dalam
desain hingga teknik pemasaran busana.
Menggeliatnya industri fashion di Bandung dapat dilihat dari menjamurnya distribution outlet (distro)/clothing, factory outlet (FO), dan banyaknya toko busana online yang sukses. Sejumlah brand asal Bandung bahkan memiliki pasar fanatik di luar negeri.
Sejumlah gelaran festival mode pun menjadi kalender tetap di Kota Kembang dengan pangsa pasar masing-masing. Untuk anak muda ada gelaran KICKFEST (Kreative Independent Clothing Kommunity Festival). Acara ini disebut-sebut sebagai festival clothing dan distro terbesar se-Asia.
Ada pula Indonesia Hijab Festival yang diklaim se-bagai pameran busana muslim terbesar di Indonesia. Belum lagi Indonesia Moslem Fashion Week(IMFW), Bandung Hijab Fashion Week, dan banyak lagi. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, industri fashion di Kota Bandung menjadi salah satu penyumbang tingginya laju pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung yang mencapai 8% per tahun.
Angka ini melebihi laju pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 6% per tahun. Ridwan yang akrab dengan sapaan KangEmilinimengungkapkan, Pemerintah Kota Bandung saat ini memiliki target menjadikan Bandung sebagai pusat mode busana muslim di dunia. Dia menjelaskan, Kota Bandung saat ini adalah pusat produksi busana muslim yang terbesar di Indonesia.
Perancang-perancang busana muslim di Bandung pun memiliki daya saing tingkat internasional. “Kita sudah populer sebagai kota pusat mode di Indonesia. Di sisi lain, Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Kenapa tidak? Saya yakin Bandung bisa. Jadi arahnya ke sana,” katanya.
Dengan obsesi ini, pada 2015 Pemerintah Kota Bandung akan menggelar dan mengakomodasi lebih banyak gelaran festival dan pameran busana muslim, termasuk peragaan busana dan lomba-lomba desain. Dalam setiap acara, akan dilibatkan pula para desainer dari luar negeri.
“Tahun 2015 ini kita akan bekerja sama dengan banyak pihak. Launching acaranya pada April 2015 bertepatan dengan peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika,” sebut Kang Emil yang pada Desember 2014 lalu meluncurkan sepatu bermerek “RK Fashion” produksi sentra sepatu Cibaduyut dan dijual Rp150.000-500.000, tergantung pada jenis. Segmennya adalah pria dewasa usia 30-40 tahun.
Sementara itu, desainer yang juga Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Jawa Barat Harry Ibrahim sepakat bahwa Kota Bandung sangat potensial sebagai pusat mode busana muslim di dunia. Dia menyebutkan kawasan Buah Batu dan Pasar Baru yang selalu ramai dengan pembeli busana muslim, termasuk dari mancanegara, dengan total nilai transaksi hingga miliaran rupiah dalam sehari.
FO-FO pun semakin banyak yang menyediakan busana muslim terkini. “Perancang busana muslim di Indonesia paling banyak di Jawa Barat. Ditambah kreativitas dan daya inovasi yang tinggi. Komunitas hijabers-nya juga kuat,” katanya. Menurut Harry, APPMI sendiri sudah mencanangkan Indonesia harus menjadi trend setter busana muslim dunia.
Untuk itu, kalangan pengusaha dan desainer perlu meningkatkan kualitas manajemen dan membenahi keterampilan sumber daya manusianya. Sementara secara eksternal, perlu fasilitas pinjaman yang lebih mudah bagi industri kecil-menengah dari kalangan perbankan.
Sementara itu, Diajeng Lestari, pendiri dan CEO HijUp.com, e-commerce fashion muslim pertama dan terbesar di Indonesia, sangat optimistis Indonesia menjadi kiblat fashion muslim dunia. “Page view website fashion muslim bisa mencapai 300.000 visit per bulan. Itu menunjukkan ketertarikan orang dengan jilbab sangat tinggi,” ungkapnya.
Dari sekitar 25% dari penjualan Hijup.com pembelinya berasal dari luar negeri. HijUp.com didirikan agar dapat menjadi the world leading muslim fashion e-commerce. Ajeng ingin terlibat aktif dalam memajukan industri islamic fashion yang sedang berkembang di Tanah Air. Diharapkan pada 2020, Indonesia menjadi kiblat fashion busana muslim dunia.
Dian rosadi/Dian Angelina
Menggeliatnya industri fashion di Bandung dapat dilihat dari menjamurnya distribution outlet (distro)/clothing, factory outlet (FO), dan banyaknya toko busana online yang sukses. Sejumlah brand asal Bandung bahkan memiliki pasar fanatik di luar negeri.
Sejumlah gelaran festival mode pun menjadi kalender tetap di Kota Kembang dengan pangsa pasar masing-masing. Untuk anak muda ada gelaran KICKFEST (Kreative Independent Clothing Kommunity Festival). Acara ini disebut-sebut sebagai festival clothing dan distro terbesar se-Asia.
Ada pula Indonesia Hijab Festival yang diklaim se-bagai pameran busana muslim terbesar di Indonesia. Belum lagi Indonesia Moslem Fashion Week(IMFW), Bandung Hijab Fashion Week, dan banyak lagi. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, industri fashion di Kota Bandung menjadi salah satu penyumbang tingginya laju pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung yang mencapai 8% per tahun.
Angka ini melebihi laju pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 6% per tahun. Ridwan yang akrab dengan sapaan KangEmilinimengungkapkan, Pemerintah Kota Bandung saat ini memiliki target menjadikan Bandung sebagai pusat mode busana muslim di dunia. Dia menjelaskan, Kota Bandung saat ini adalah pusat produksi busana muslim yang terbesar di Indonesia.
Perancang-perancang busana muslim di Bandung pun memiliki daya saing tingkat internasional. “Kita sudah populer sebagai kota pusat mode di Indonesia. Di sisi lain, Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Kenapa tidak? Saya yakin Bandung bisa. Jadi arahnya ke sana,” katanya.
Dengan obsesi ini, pada 2015 Pemerintah Kota Bandung akan menggelar dan mengakomodasi lebih banyak gelaran festival dan pameran busana muslim, termasuk peragaan busana dan lomba-lomba desain. Dalam setiap acara, akan dilibatkan pula para desainer dari luar negeri.
“Tahun 2015 ini kita akan bekerja sama dengan banyak pihak. Launching acaranya pada April 2015 bertepatan dengan peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika,” sebut Kang Emil yang pada Desember 2014 lalu meluncurkan sepatu bermerek “RK Fashion” produksi sentra sepatu Cibaduyut dan dijual Rp150.000-500.000, tergantung pada jenis. Segmennya adalah pria dewasa usia 30-40 tahun.
Sementara itu, desainer yang juga Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Jawa Barat Harry Ibrahim sepakat bahwa Kota Bandung sangat potensial sebagai pusat mode busana muslim di dunia. Dia menyebutkan kawasan Buah Batu dan Pasar Baru yang selalu ramai dengan pembeli busana muslim, termasuk dari mancanegara, dengan total nilai transaksi hingga miliaran rupiah dalam sehari.
FO-FO pun semakin banyak yang menyediakan busana muslim terkini. “Perancang busana muslim di Indonesia paling banyak di Jawa Barat. Ditambah kreativitas dan daya inovasi yang tinggi. Komunitas hijabers-nya juga kuat,” katanya. Menurut Harry, APPMI sendiri sudah mencanangkan Indonesia harus menjadi trend setter busana muslim dunia.
Untuk itu, kalangan pengusaha dan desainer perlu meningkatkan kualitas manajemen dan membenahi keterampilan sumber daya manusianya. Sementara secara eksternal, perlu fasilitas pinjaman yang lebih mudah bagi industri kecil-menengah dari kalangan perbankan.
Sementara itu, Diajeng Lestari, pendiri dan CEO HijUp.com, e-commerce fashion muslim pertama dan terbesar di Indonesia, sangat optimistis Indonesia menjadi kiblat fashion muslim dunia. “Page view website fashion muslim bisa mencapai 300.000 visit per bulan. Itu menunjukkan ketertarikan orang dengan jilbab sangat tinggi,” ungkapnya.
Dari sekitar 25% dari penjualan Hijup.com pembelinya berasal dari luar negeri. HijUp.com didirikan agar dapat menjadi the world leading muslim fashion e-commerce. Ajeng ingin terlibat aktif dalam memajukan industri islamic fashion yang sedang berkembang di Tanah Air. Diharapkan pada 2020, Indonesia menjadi kiblat fashion busana muslim dunia.
Dian rosadi/Dian Angelina
sumber : koran-sindo.com