Sabtu, 24 Januari 2015

Menerawang Indahnya Bintang dan Langit Bandung di Observatorium Bosscha

0 comments


BANDUNG, – Observatorium Bosscha berlokasi di Lembang, Jawa Barat, sekitar 15 km di bagian utara Kota Bandung dengan koordinat geografis 107° 36′ Bujur Timur dan 6° 49′ Lintang Selatan. Tempat ini berdiri di atas tanah seluas 6 hektare, dan berada pada ketinggian 1310 meter di atas permukaan laut atau pada ketinggian 630 m dari plato Bandung. Kode observatorium Persatuan Astronomi Internasional untuk Observatorium Bosscha adalah 299.
download
Suasana saat kunjungan malam
Pada awalnya Bosscha diberi nama Bosscha Sterrenwaacht dibangun oleh Nederlandsh- Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda. Pada rapat pertama NISV, diputuskan dibangunnya sebuah observatorium di indonesia untuk dapat memajukan dan mendukung ilmu Astronomi di Hindia Belanda. Pada saat rapat itulah Karel Albert Rudolf Bosscha pemilik dari perkebunan di Malabar bersedia menjadi penyandang dana utama dan berjanji akan memberikan bantuan pembelian teropong bintang. Sebagai penghargaan bagi Karel Albert Rudolf Bosscha sebagai penyandang dana utama maka nama Bosscha diabadikan sebagai nama observatorium ini.
Pembangunan observatorium ini memakan waktu atau menghabiskan waktu selama 5 tahun sejak 1923 hingga tahun 1928. Pada tahun 1933 merupakan publikasi internasional pertama yang dilakukan observatorium Bosscha, tepat 5 tahun setelah pembangunan selesai. Namun observatorium Bosscha ini terpaksa dihentikan karena berkecamuknya perang dunia ke II. Setelah perang usai, dilakukanlah renovasi besar-besaran pada observatorium Bosscha ini karena adanya kerusakan-kerusakan akibat perang dunia II yang terjadi sehingga pada akhirnya Observatorium Bosscha sendiri dapat beroperasi secara normal. Kemudian pada tahun 1951 tepatnya tanggal 17 Oktober, NISV menyerahkan Observatorium Bosscha ini kepada Pemerintah RI. Setelah Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri pada tahun 1959, maka Observatorium Bosscha ini menjadi bagian dari ITB. Pemindahtanganan dari Pemerintah RI ke ITB dikarenakan pada saat itu suatu institusi pendidikan yang memiliki jurusan Astronomi adalah ITB sehingga NISV memberikannya pada ITB, sejak itu Bosscha difungsikan sebagai lembaga penelitian dan pendidikan formal Astronomi di Indonesia.

Observatorium Bosscha Sebagai Objek Wisata

teleskopObservatorium Bosscha sendiri dapat dikatakan memiliki daya tarik, karena Observatorium Bosscha memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat dijadikan suatu potensi wisata. Kelebihan yang dimiliki Observatorium Bosscha bukan hanya sebagai pusat penelitian Astronomi terbesar dan terlengkap di ASEAN sampai saat ini, tetapi juga sebagai tempat pengembangan ilmu Astronomi di negara kita dan juga merupakan peneropongan tertua dan satu-satunya di Indonesia sampai saat ini, karena tempat peneropongan terbesar dan terlengkap di Indonesia maka masyarakat Indonesia sendiri mudah untuk menjangkaunya dibandingkan harus pergi ke luar negeri hanya untuk melihat teropong seperti di Observatorium Bosscha. Observatorium Bosscha dibuka secara umum walaupun tidak dibuka setiap hari dan memiliki jam kunjungan yang dibatasi. Kemudian pada kenyataannya sulit sekali mendapatkan izin untuk dapat berkunjung ke Observatorium Bosscha, hal ini disebabkan oleh sangat pentingnya teropong ini sehingga oleh negarapun dilindungi dan dapat diakatakan sebagai Objek Vital Nasional yang harus diamankan
Observatorium Bosscha memiliki banyak teleskop yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian, salah satu diantaranya adalah teleskop refraktor ganda zeiss. Teleskop ini biasa digunakan untuk mengamati bintang ganda visual, mengukur fotometri gerhana bintang, mengamati citra kawah bulan, mengamati planet, mengamati posisi planet Mars, Saturnus, Jupiter, dan untuk mengamati citra detail komet terang serta benda langit lainnya. Teleskop ini mempunyai dua lensa objektif dengan diameter masing-masing lensa 60 cm, dengan titik api atau fokusnya adalah 10,7 meter. Selain itu terdapat juga teleskop besar lainnya yaitu, teleskop schmidt bima sakti, teleskop refraktor bamberg, teleskop cassegrain GOTO, dan teleskop refraktor unitron.
Daya tarik Observatorium Bosscha tidak hanya terletak dari lengkapnya teleskop yang dimiliki oleh Observatorium Bosscha sendiri, melainkan juga dari bagaimana Observatorium Bosscha dibangun. Sebagaimana diketahui bahwa Observatorium Bosscha sendiri memiliki bangunan zaman dahulu kala tepatnya bangunan peninggalan dari Belanda. Hal ini terlihat dari arsitektur dari Observatorium Bosscha sendiri yang sangat khas Negara Belanda. Bangunan dari Observatorium Bosscha sendiri sampai saat ini masih berdiri dengan kokohnya, maka hal ini dapat dijadikan suatu daya tarik yang dapat dikembangkan. Jika melihat bangunan tua lainnya yang berada di luar negeri, mereka membuat bangunan tersebut menjadi suatu destinasi tujuan wisata, maka Observatorium Bosscha sendiri dapat dijadikan suatu destinasi tujuan wisata untuk barang-barang atau benda-benda peninggalan.

Keterangan untuk Wisatawan

Operation hour
Selasa – Sabtu
Kunjungan siang : 09.00 – 13.00
Kunjungan malam : 17.00 – 20.00
HTM
Kunjungan siang : Rp. 7.500,-
Kunjungan malam : Rp 10.000,-
Note:
Hanya menerima rombongan sekolah/universitas/instansi (minimal 25 orang)
Kunjungan malam memiliki jadwal khusus. Cek jadwal disini.
Bosccha tour
Para pengunjung yang datang terlebih dahulu akan dibawa menuju ruang teleskop refraktor ganda zeis yang merupakan salah satu teleskop pertama dan tertua yang ada. Kemudian para pengunjung diberikan informasi tentang sejarah berdirinya Bosccha serta cerita singkat tentang susunan tata surya di ruang Auditorium yang masih berada di dalam kompleks Observatorium Bosscha. Untuk aktivitas malam yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu, para pengunjung dapat mencoba melakukan aktivitas peneropongan dengan dibantu oleh para dosen dan mahasiswa jurusan Astronomi ITB.
For more information
Lembang, Bandung 40391
Jawa Barat, Indonesia
No Telp./Fax.:  +62-22-2786001
Website: www.bosscha.itb.ac.id
u45_eDSC08965w
Sumber:  infobdg.com