BANJAR, (PRLM).- Sekilas bentuknya mirip coklat biasa yang dicampur dengan buliran beras ketan, akan tetapi coklat yang ini memiliki aroma yang sedikit berbeda. Bukan kacang mete, kacang almon, sukade atau kismis, yang banyak ditemukan di toko maupun supermarket. Sesuai namanya rangicok, yang dicampur adalah ranginang aroma terasi.
Ya, Rangicok buatan Asep Rohayanto (42) warga Lingkungan Wargamulya, Keluarahan/Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar. Hasil karyanya itu berhasil meraih juara pertama inovasi produk makanan olahan baru yang digelar Wira Usaha Baru Dinas perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat. Rangicok berhasil menyisihkan aneka produk makanan olahan lain.
Asep yang beristrikan Titin Rastini, mengungkapkan banyak hal yang mendasari gagasan membuat Rangicok. Bermula dari keikutsertaannya kegiatan yang digelar Disperindag Jabar, yang memertemukan sebanyak 500 peserta dari seluruh Jabar. Setelah melalui seleksi ketat, Asep termasuk satu dari 150 yang lolos. Selama berkumpul dia banyak mendapat inspirasi.
"Saya terpinspirasi dari Garut yeng punya cokodot, Ciamis punya Galecok atau galendo coklat. Waktu itu saya membawa ranginang rasa terasi. Spontan datang inspirasi mencampur coklat dengan ranginang. Sebelum dinobatkan sebagai juara, harus melalui seleski serta mendapat bimbingan sampai tiga bulan," tutur Asep Rohayanto.
Dia menambahkan dipilihnya ranginang karena makanan tersebut merupakan salah satu makanan khas setempat, selain itu wilayah Wargamulya juga merupakan sentra ranginang di Kota Banjar. Kali pertama,Asep membuat rangicok dengan cara ranginang bentuk bundar atau tradisional dikucuri cairan coklat.
"Rangicok pertama banyak kekurangan, karena cepat leuleus atau melempem. Tidapk putus asa, remah-remah ranginang rasa terasi dicampur coklat. Itu juga gagal, karena jumlah ranginang lebih banyak dibanding coklat. Baru uji coba kelima mendapat komposisi pas," ungkap ayah dua putra itu.
Bentuk rangicok pertama juga masih sederhana, yakni berupa lembaran yang kemudian dipotong. Potongan rangicok kemudian dikemas dalam toples mika. Tidak puas dengan kemasan, Asep kemudian membuat rangicok bentuk dadu, yang dibungkus dengan aluminium foil.
Rangicok tersebut kemudian dijual ke beberapa toko di sekitar Kota Banjar. Hasil tes pasar, ternyata hasilnya cukup memuaskan. Akan tetapi hal itu tidak membuat Asep puas, karena merasa masih ada kekurangan. Kemudian mengubah bentuk rangicok lempengan menjadi berbentuk dadu yang dibungkus aluminium foil.
Rangicok bentuk dadu dikemas dalam toples mika. Salin itu juga membuat bentuk stik. Satu toples rangicok dadu dijual Rp 15.000, sedangkan stik Rp 5.000. Karena masih terbatas, rangicok masih dijual di sekitar Banjar.
"Saya promosi lewat facebook, blackberry messenger dan media solaial lain, ternyata sambutannya mulai banyak. Sekarang pemasarannya mulai luas, saya sudah mengirim rangicok ke beberapa toko di Yogyakarta dan Bandung," ungkapnya.
Agar produknya lebih menarik serta tidak meragukan, Asep tengah mengurus pengajuan sertifikat halal. Selain itu juga mengurus hak cipta. Selain itu juga bakal membuat rangicok dengan berbagai varian rasa.
"Saya juga tengah memersiapkan varian rasa lainnya, tidak hanya terasi, akan tetapi juga strowberi, vanila, melon dan lainnya. Saya juga berharap rangicok juga bakal menjadi salah satu ikon makanan Kota Banjar," tutur Asep Rohayanto.Semoga.(Nurhandoko Wiyoso/A-108)***