AKHIR-akhir
ini, kita sering melihat orang berpakaian serbahitam. Khasnya, kaum adam
mengenakan baju pangsi yang ukurannya longgar atau gombrong.
Dipercaya, pangsi itu merupakan
pakaian tradisional asal tatar Sunda. Mas Nanu Muda, penggiat seni yang juga
dosen Tari Rakyat dan Olah Tubuh Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung
mengatakan kebenarannya berdasarkan literatur sejarah. "Berdasarkan
Pantun Bogor, selain samping disebutkan pangsi merupakan dandanan orang Sunda
baheula. Dulu, pangsi hanya warna nila kolot atau hitam," kata Nanu kepada
INILAH.
Pria yang sempat
menjadi kurator di Taman Budaya Jawa Barat (TBJB) itu mengatakan, pangsi
merupakan pakaian rakyat biasa. Kalau pun pangsi itu dipakai kalangan kerajaan,
pakaian itu berlainan bahan dan diselipkan hiasan emas.
Dilihat dari
filosofinya, dia menyebutkan warna hitam pangsi itu warna alam, tanah. Selain
itu, warna gelap itu bermakna sama dengan ajaran sufi yang menyebutkan dalam
hitam itu ada pancaran cahaya tersendiri. "Selain itu,
pakaian berwarna putih oleh orang zaman dahulu diasumsikan yang memakainya itu
tergolong orang suci," jelasnya yang juga kerap mengenakan pangsi di
saat-saat tertentu.
Disinggung mengenai
ukurannya yang longgar, Nanu menjelaskan itu berkaitan dengan aktivitas yang
dijalankan rakyat biasa. Model serbagombrong itu memudahkan untuk melakukan
berbagai kegiatan. "Karena ukurannya itu juga, celana pangsi sering
disebut celana komprang yang artinya gombrong," tambahnya.
Mengenai adanya imbauan
sejumlah pemerintahan kabupaten/kota di Jawa Barat untuk mengenakan pakaian
tradisional tersebut, dia menyambut positif. Kendati demikian, Nanu mengatakan
imbauan itu jangan sekadar memakai.
"Masyarakat (Jawa Barat)
memang setidaknya harus nyunda, tapi
jangan sunda-sundaan," ujarnya
seraya mengapresiasi imbauan pemerintahan daerah itu sebagai makna simbolis.
Seperti diketahui, di
bawah kepemimpinan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, pengggunaan pakaian tradisional
Sunda itu digalakan. Setiap Rabu, para pegawai negeri sipil dan siswa di Kota
Bandung akan memakai iket Sunda.
"Rabu, kita
latihan pakai iket bagi pejabat Pemkot dan siswa sekolah. Ini keberpihakan kita
pada kebudayaan Sunda, selain berbahasa Sunda. Penampilan juga
mencerminkan," kata Ridwan Kamil.
Tak hanya di lingkungan
pemerintahan, penggunaan pakaian tradisional itu pun terlihat di sejumlah
lembaga pendidikan atau sekolah.
Dari keterangan yang
dihimpun, pangsi merupakan pakaian unik untuk pria orang Sunda. Setelan yang
serba longgar itu termasuk pakaian serbaguna. Sejarahnya, celana pangsi dipakai para pesilat. Pangsi
pencaksilat digunakan untuk olahraga, tetapi sering juga digunakan oleh petani,
seniman, dan bahkan pejabat dalam perayaan adat.
Sejauh ini, orang Sunda
tidak bisa mengklaim sebagai satu-satunya daerah pemilik pangsi. Seperti
masyarakat Betawi yang mengenakannya sebagai pakaian tradisional. (doni ramdhani/den)