Senin, 09 Februari 2015

Wisata Ziarah ke Dayeuh Luhur - Sumedang

0 comments
Dayeuh Luhur terdiri dari dua suku kata bahasa Sunda, yaitu Dayeuh dan Luhur. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, Dayeuh artinya Kota dan Luhur artinya Tinggi, jadi Dayeuh Luhur adalah kota yang berada di daerah (dataran) yang tinggi.

Perjalanan menuju lokasi wisata ziarah Dayeuh Luhur dapat ditempuh dengan menggunakan motor maupun mobil. Lama perjalanannya sekitar +/- 1 jam dari pusat kota Sumedang. Kondisi jalan yang berkelok dan menanjak perlu diperhatikan bagi para wisatawan yang pertama kali berkunjung ke sini. Jangan lupa sebelum masuk ke area makam, wisatawan harus membayar biaya parkir dan registrasi.

Saat ini Dayeuh Luhur banyak dikunjungi oleh wisatawan baik dari dalam kota maupun luar kota. Para wisatawan biasanya mempunyai niat untuk melakukan ziarah ke Dayeuh Luhur. Perlu diketahui bahwa di Dayeuh Luhur terdapat 3 makam yaitu Makam Prabu Geusan Ulun, Makam Ratu Harisbaya, dan Makam Pangeran Rangga Gempol I. Makam Pangeran Rangga Gempol I merupakan makam pindahan dari Yogyakarta pada tahun 1998.


Selain tiga makam tersebut, di Dayeuh Luhur juga terdapat tempat moksa/tilem/ngahyang -nya Mbah Jaya Perkasa (Mbah Jaya Perkosa). Perjalanan menuju tempat Mbah Jaya Perkasa dari ketiga makam diatas dapat ditempuh sekitar 30 menitan. Kondisi jalan yang menanjak dengan ratusan anak tangga, cukup menguras tenaga jika wisatawan ingin berkunjung kesana.
Mbah Jaya Perkasa sendiri merupakan salah seorang dari empat utusan Kerajaan Padjajaran (Kandaga Lante) yang menyerahkan mahkota Binokasih dan pusaka Kerajaan Padjajaran kepada Prabu Geusan Ulun sebagai nalendra penerus kerajaan Sunda dan mewarisi daerah bekas wilayah Pajajaran. Karena kesaktiannya Mbah Jaya Perkasa diangkat menjadi patih kerajaan Sumedang Larang. Satu hal yang perlu diperhatikan juga bahwa di kawasan tersebut terdapat sebuah larangan yaitu dilarang memakai apapun yang bercorak batik.
 
Mungkin tidak semua orang tahu mengapa Mbah Jaya Perkasa sampai melakukan ritualngahyang di Dayeuh Luhur. Pada intinya Mbah Jaya Perkasa marah dan kecewa kepada Prabu Geusan Ulun karena setelah pulang berperang melawan Kesultanan Cirebon, Ibukota Kerajaan Sumedang Larang kosong dan tidak ada yang memberi tahu bahwa Ibukota telah dipindahkan ke Dayeuh Luhur. Akhirnya Mbah Jaya Perkosa menyusul ke Dayeuh Luhur dan bertemu dengan Prabu Geusan Ulun, lalu Mbah Jaya Perkasa marah dan meninggalkan Prabu Geusan Ulun sambil bersumpah tidak akan mau mengabdi lagi kepada siapapun juga. Mbah Jaya Perkasa berjalan ke puncak bukit sambil menancapkan tongkatnya, dan disitulah Mbah Jaya Perkasa moksa/tilem/ngahyang.

Kawasan makam Prabu Geusan Ulun dan Ratu Harisbaya sangatlah sejuk dan ditumbuhi oleh pepohonan. Makam Prabu Geusan Ulun berada terpisah dengan makam Ratu Harisbaya. Selain itu di kedua makam tersebut terdapat tempat peristirahatan untuk para wisatawan yang ingin menginap. Di Dayeuh Luhur juga terdapat warung-warung yang menyediakan makanan, minuman, perlengkapan mandi, dan ziarah.
Selain berwisata ziarah, para wisatawan bisa menikmati indahnya pemandangan kota Sumedang yang dilihat dari dataran tinggi Dayeuh Luhur. Disana wisatawan bisa menikmati hembusan angin yang sejuk dan suasana alam yang tenang, sehingga bisa membuat wisatawan merasa nyaman dan betah untuk berlama-lama disana.
Sumber : paguyuban-onlen.blogspot.com