Kamis, 05 Maret 2015

Asal usul suku Baduy ( Benarkah cikal bakal orang sunda ?)

0 comments

Benarkah orang baduy atau orang kanekes
merupakan cikal bakal dari orang sunda? Kenapa
terjadi perbedaan sifat antara keduanya? Yuk
mari kita telusuri bersama . . .
Orang baduy sendiri tidak mau disebut baduy,
mereka lebih senang disebad dengan orang
Kanekes. Karena Kanekes merupakan nama
wilayahnya sendiri. Orang baduy bagi mereka,
merupakan sebutan untuk suku di arab yang
paling bodoh atau primitive. Namun sekarang,
orang baduy sedikit terbuka dan menerima untuk
disebut orang Baduy.
Para sejarawan kebingungan, mengenai asal –
usul mereka, jika memang benar suku Baduy
merupakan cikal bakal dari sunda. Menagapa
sifatnya berbeda dengan suku Sunda? Suku
sunda memiliki sifat optimistis, ramah, sopan,
riang dan juga terbuka, akan tetapi mereka dapat
bersifat pemalu dan terlalu perasa secara
emosional. Karakter orang Sunda seringkali
ditampilkan melalui tokoh populer dalam
kebudayaan Sunda; Kabayan  dan Cepot . Mereka
bersifat riang, suka bercanda, dan banyak akal,
tetapi seringkali nakal. Selain itu mereka juga
terkenal dengan mudahnya menerima Islam,
karena ajarannya telah sama dengan islam.
Ketika kita melihat orang Baduy, mereka
memang bersifat ramah. Namun mereka kenapa
lebih nersifat tertutup dan juga menolak islam.
Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang
Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal,
salah satu dari tujuh dewa atau batara yang
diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula
dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek
moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka,
Adam dan keturunannya, termasuk warga
Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik
(mandita) untuk menjaga harmoni dunia.
Pendapat mengenai asal-usul orang Kanekes
berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang
mendasarkan pendapatnya dengan cara sintesis
dari beberapa bukti sejarah berupa prasasti,
catatan perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok,
serta cerita rakyat mengenai 'Tatar Sunda' yang
cukup minim keberadaannya. Masyarakat
Kanekes dikaitkan dengan Kerajaan Sunda yang
sebelum keruntuhannya pada abad
ke-16 berpusat di Pakuan
Pajajaran (sekitar Bogor sekarang). Sebelum
berdirinya Kesultanan Banten, wilayah ujung
barat pulau Jawa ini merupakan bagian penting
dari Kerajaan Sunda. Banten merupakan
pelabuhan dagang yang cukup besar. Sungai
Ciujung dapat dilayari berbagai jenis perahu, dan
ramai digunakan untuk pengangkutan hasil bumi
dari wilayah pedalaman. Dengan demikian
penguasa wilayah tersebut, yang disebut sebagai
Pangeran Pucuk Umum menganggap bahwa
kelestarian sungai perlu dipertahankan. Untuk itu
diperintahkanlah sepasukan tentara kerajaan
yang sangat terlatih untuk menjaga dan
mengelola kawasan berhutan lebat dan berbukit
di wilayah Gunung Kendeng tersebut. Keberadaan
pasukan dengan tugasnya yang khusus tersebut
tampaknya menjadi cikal bakal Masyarakat
Kanekes yang sampai sekarang masih mendiami
wilayah hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng
tersebut (Adimihardja, 2000). Perbedaan
pendapat tersebut membawa kepada dugaan
bahwa pada masa yang lalu, identitas dan
kesejarahan mereka sengaja ditutup, yang
mungkin adalah untuk melindungi komunitas
Kanekes sendiri dari serangan musuh-musuh
Pajajaran.
Van Tricht, seorang dokter yang pernah
melakukan riset kesehatan pada tahun 1928,
menyangkal teori tersebut. Menurut dia, orang
Kanekes adalah penduduk asli daerah tersebut
yang mempunyai daya tolak kuat terhadap
pengaruh luar (Garna, 1993b: 146). Orang
Kanekes sendiri pun menolak jika dikatakan
bahwa mereka berasal dari orang-orang pelarian
dari Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Menurut
Danasasmita dan Djatisunda (1986: 4-5) orang
Baduy merupakan penduduk setempat yang
dijadikan mandala' (kawasan suci) secara resmi
oleh raja, karena penduduknya berkewajiban
memelihara kabuyutan (tempat pemujaan leluhur
atau nenek moyang), bukan agama Hindu atau
Budha. Kebuyutan di daerah ini dikenal dengan
kabuyutan Jati Sunda atau 'Sunda Asli' atau
Sunda Wiwitan (wiwitan=asli, asal, pokok, jati).
Oleh karena itulah agama asli mereka pun diberi
nama Sunda Wiwitan. Raja yang menjadikan
wilayah Baduy sebagai mandala adalah Rakeyan
Darmasiksa.
Begitulah beberapa pendapat mengenai Asal usul
orang sunda. (Gurun R Hidayat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar