Senin, 19 Januari 2015

RASI (BERAS SINGKONG) : Makanan Pokok Khas Kampung Cirendeu

0 comments

Foto : NUR AZIS (JABAR EKSPRES)
Kampung Cirendeu di Kota Cimahi ini memang tekenal dengan masyarakat yang makanan pokoknya singkong. Gagasan ini bermula pada tahun 1918 pada masa penjajahan ketika krisis makanan pokok (beras) dan di tambah daerah ini berlokasi di daerah pegunungan sehingga tidak ada sawah untuk memproduksi beras. Pada tahun 1964 kampung Cirendeu ini di berikan penghargaan oleh pemerintah untuk yang pertama kali ialah penghargaan “Pahlawan Pangan”. Hanya saja karena keterbatasan informasi di negara kita, Kampung Cirendeu yang sejak tahun 1918 mulai mengkonsumsi nasi singkong sebagai makanan pokok baru mulai dikenal masyarakat tahun 2006. Dan pada tahun 2006 ini kerap mendapat berbagai macam penghargaa, salah satunya penghargaan berupa “Verifikasi Pangan” dari pemerintah khususnya mentri pertanian.

Di kampung yang terdiri dari 250 kepala keluarga ini berkembang dua sistem kepercayaan yaitu adat dan muslim. Namun yang masih memegang teguh kepercayaan adat hanya tinggal 30%. Pada sistem adat ini yang menjadi budaya ialah sembahyang atau mengingat Tuhannya setiap detik dan juga mempertahankan tradisi tidak makan beras padi. Tak heran jika masyarakat adat tak ada satu orang pun yang pernah mencicipi nasi. Tapi bagi kepercayaan muslim, dibebaskan mau mengkonsumsi nasi atau singkong, tergantung selera masing-masing. Bila masyarakat adat mendatangi undangan pun, mereka tidak makan nasinya melainkan hanya lauk-pauknya saja, karena itu yang dipegang teguh oleh masyarakatnya. Dan agar tradisi ini tetap bertahan maka diadakan sosialisasi dari generasi ke generasi mengenai tradisi makan beras singkong atau RASI.

RASI (Beras Singkong) dikenal juga dalam bahasa Sunda sangueun menjadi makanan pokok kampung Cirendeu ini. Singkong yang ditanam bukan singkong seperti biasanya, melainkan singkong yang mengandung racun sianida yang tinggi, yang bila di konsumsi langsung rasa singkongnya sangat pahit. Apalagi jika singkong ini diberikan ke hewan ternak seperti kambing bisa langsung keracunan atau bahkan mati. Oleh karena itu pengolahannya tidak sembarangan, dan harus melalui beberapa cara.
Cara pengolahan RASI :
Singkong yang berumur sekitar 12 bulan di panen Singkok yang sudah di panen itu lalu di kupas Setelah di kupas, singkong ini lalu di cuci Setelah di cuci bersih lalu di giling Setelah halus lalu di peras dan diambil patinya (sarinya) Hampas dikeringkan Dan hasil dari patinya diendapkan satu hari yang bisa digunakan sebagai aci atau tepung
Cara Memasak RASI :
Tuangkan RASI Air +/- 500ml ( RASI dan 500ml air diaduk sampai merata) Dikukus selama +/- 15-20 menit. ( Tidak bisa dimasak menggunakan Magic Com)

Walaupun makanan pokok mereka RASI, bukan berarti perekonomian mereka menengah ke bawah melainkan menengah ke atas. Karena setiap satu kepala keluarga memiliki kebun singkong rata-rata 6 sampai 7 petak. Tapi mereka tidak punya sertifikat kepemilikan tanah, mereka memegang prinsip bahwa lahan itu di bagi 3 yaitu untuk pemukiman, garapan, dan tutupan (lahan yang tidak boleh digarap). Satu petaknya sekitar 1000 meter persegi. Jadi ketika yang satu siap panen berumur 12 bulan, maka yang lainnya sekitar 3, 4, 6, 8 atau 10 bulan. Sehingga mereka tak pernah kekurangan singkong, dan aci dari singkong yang di jual perpetaknya bisa sampai 3 juta rupiah. Atau jika ada pesanan RASI di daerah lain, mereka bisa mengolahnya dan menjualnya 2500 per setengah kg. Tak hanya RASI, tapi hasil olahan dari berbagai singkong juga tersedia seperti Opak, rangining, pangsit, dan kue-kue lain.

Situasi pendidikan di Kampung Cirendeu ini hanya terdapat PAUD dan SD saja, tetapi hal itu tidak mengurungkan niat generasi muda kampung Cireundeu untuk menimba ilmu ke jenjang yang lebih tinggi, alhasil lulusan sarjanapun bisa mereka raih.

Kesenian di kampung ini beragama, diantaranya upacara adat, seni musik tradisional sunda yang dimainkan minimal satu tahun sekali. Dan tulisan sunda kuno yang dipertahankan sampai sekarang.

Menurut kementrian pertanian Indonesia, hanya Kampung Cirendeu inilah yang masih menjadikan singkong sebagai makanan pokok. Disamping Irian dengan sagu nya dan Madura dengan jagugnya tetapi daerah mereka sudah tidak menjadikan makanan tersebut menjadi makanan pokok.
Narasumber : Kang Yana (Pegawai Balai Desa Kampung Cireundeu)
Reported by Fani Julia Putri dan Hanifah Gunawan
Sumber :  sosiologi.upi.edu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar