Kamis, 19 Januari 2017

H. Heri Ukasah Sulaeman, S.Pd. M.Si : Waktuna Babakti Ka Lemah Cai

0 comments
BANDUNG-NJ: Kabupaten Sumedang menurut Heri Ukasah Sulaeman, S.Pd, M.Si, sebetulnya memiliki sumber daya alam lebih dari cukup untuk men- sejahterakan rakyatnya. Namun, kondisi ini ber-banding terbalik dari harapan, menurut sajian data statistik Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabu[paten ini terbilang minim, potensi wisata belum tergarap secara maksimal, pertanian yang belum dikelola dengan baik, dan berjejer rangkaian persoalan lain seperti tenaga kerja, rendahnya kualitas pendidikan dan bidang kesehatan yang masih biasa-biasa saja.
Menurut Anggota Komisi V DPRD Prov Jabar ini bahwa leadershiplah yang menjadi kendalanya. “Roda pembangunan memang berjalan tapi karena terkendala leadershipnya, maka banyak hal-hal penting yang harus di putuskan terkait dengan jalannya roda pem-bangunan dan juga pe-merintahan menjadi ter-hambat,” ungkapnya. “Dari sinilah peran kepe-mimpinan dan system yang menunjang kinerja akan terlihat jelas,” katanya.
Heri yang memanfaatkan masa resesnya untuk mengunjungi konstituennya di wilayah Sumedang, Subang dan Majalengka telah menyerap aspirasi masyarakat pemilihnya dan bannyak menerima masukan-masukan berharga yang harus ditindak lanjutinya.
“Saya dipercaya dan mendapatkan mandat dari masyarakat untuk menuntaskan berbagai persoalan yang berkembang dimasyarakat. Semuanya akan bisa dipecahkan baik secara pribadi, melalui fraksi partai atau diteruskan ke instansi terkait di-pemerintahan untuk secepatnya dituntaskan dengan memberikan solusi yang tepat dan cepat,” ujarnya.
Heri juga mengungkap-kan bahwa banyak persoalan yang mengemuka yang perlu segera dicarikan solusinya seperti, tenaga kerja terkait industrialisasi, dan sektor pendidikan. Terutama sektor industri yang konstribusinya terhadap PAD maupun terangkatnya kehidupan ekonomi masyarakat masih dirasakannya sangat rendah.
“Di beberapa kawasan industri ternyata banyak pabrik atau perusahaan yang belum sepenuhnya mentaati Perda dan aturan lainnya terutama yang berkaitan dengan tenaga kerja,” katanya.
“Sebut saja untuk syarat 40 persen penduduk lokal dan minimal 1 persen mempekerjakan kaum disabilitas masih bannyak yang dilanggar. Saya Konsisten meminta agar Perda ini di tegakkan, artinya jika perusahaan melanggar ketentuan harus dikenakan sanksi. Baik berupa sanksi administratif atau bisa lanngsung menutupnya,” tegasnya.
Dan terkait dengan outsourching, Heri bisa lebih tegaas lagi dengan menyatakan bahwa kontrak kerja semacam itu bersifat perbudakan modern yang harus di hapuskan.
“Khusus untuk hal ini, saya bukan sekedar janji tapi akan berjuang untuk mempersempit atau jika mungkin untuk dihapuskan. Ini akan saya lakukan sesuai dengan fungsi legislasi dan penngawasan dewan. Apalagi di tingkat Provinsi hal itu sangat memungkinkan untuk dilakukan,” ujarnya.
Heri Ukasah, Anggota Komisi V DPRD Jabar yang membidangi kesejahteraan rakyat juga berharap, Lembaga Pendidikan harusnya mampu miningkatkan Kualitas hidup masyarakat sekitar. Saat ini jika melihat capaian Indek Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sumedang yang sangat rendah, bahkan masuk dalam jajaran prestasi sepuluh besar terbawah di Jabar, menjadi ironi dan sangat menyedihkan. “Di Kecamatan Jatinangor saja banyak terdapat lembaga-lembaga pendidikan ternama seperti, Unpad, IPDN, dan ITB idealnya perguruan-perguruan tingi ini minimal mampu menyelesaikan masalah IPM yang rendah di Kecamatan Jatinangor saja, syukur-syukur hingga tingkat kabupaten Sumedang, sehingga bisa berpengaruh kuat terdongkraknya IPM Provinsi Jabar,” kata Heri yang kini ikut andil dengan memiliki dan mengelola sebuah lembaga pendidikan SMK tanpa biaya.
Menurutnya, jika pendidikan di di ramu dengan geliat pembangunan infrastruktur, maka akan mendorong peningkatan IPM di Kabupaten Sumedang.
“Melalui pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, irigasi akan mampu mendongkrak pendapatan dan perekonomian masyarakat. Meningktnya perekonomian masyarakat, tentunya akan mendorong meningkatkan daya beli yang menjadi salah satu indicator kenaikan IPM,” ujarnya
Heri juga mengungkap- kan, meski tidak terkait langsung, masalah IPM juga bertauta dengan pengelolaan dana desa. Menurutnya, transparasi dan pengelolaan dana desa akan berpengaruh kuat terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat yang bermukim di pedesaan, yang berujung terdongkraknya IPM.( “Tinggi rendahnya angka IPM ini cermin indicator kesejahteraan rakyat. Berhasil ataukan gagal pemerintah menjalankan roda pembangunan,” pungkas Heri menutup perbincangan denngan Nuansa Jabar di ruang kerjanya. ( haw)