Kereta api Siliwangi memasuki terowongan Lampegan, desa Cibokor, Cianjur, Jawa Barat, Minggu (9/11). (sumber: Beritasatu.com/Danung Arifin)
Cianjur - Melenggang ke Cianjur, tepatnya di sebuah desa bernama Cibokor, Pasir Koneng, terdapat sebuah terowongan kereta api bawah tanah bernama Lampegan. Terowongan ini bisa dibilang istimewa.
Sejarah perkeretaapian Indonesia mencatat terowongan yang dibuat pada tahun 1879-1882 oleh Belanda tersebut merupakan yang pertama dibuat di Provinsi Jawa Barat. Tulisan angka 1879-1882 di pintu masuk sebagai penanda waktu terowongan tersebut dibuat masih bisa dilihat hingga sekarang.
Nama Lampegan sendiri berasal dari kata perpaduan bahasa Belanda dan Indonesia, "Lamp" yang berarti lampu dan "Pegang" atau pegang. Nama itu dibuat untuk mengingatkan para pekerja agar waspada dengan zat asam saat membuat terowongan tersebut.
Menurut warga setempat, terowongan awalnya difungsikan sebagai perlintasan kereta api yang mengangkut hasil bumi seperti palawija hingga rempah-rempah. Di dalamnya terdapat cekungan yang dibuat khusus untuk tempat berlindung jika kereta api melintas. Pada mulanya terowongan ini memiliki panjang sekitar 686 meter, namun akibat bencana alam, kini menjadi 415 meter.
Keheningan dan kesejukan akan segera terasa jika memasuki lorong gelap dengan iringan suara gemercik air tanah yang mengalir dan menetes dari dindingnya seperti di dalam gua. Semilir angin yang masuk dari mulut terowongan memberi suasana lain bagi siapa saja yang melewati dari pintu ke pintu. Intip suasana terowongan di galeri foto ini.
Meski sempat tidak berfungsi, kini terowongan Lampegan diaktifkan kembali dan dilewati Kereta Api Siliwangi dengan rute Cianjur-Sukabumi. Kereta yang hendak melewati terowogan ini akan berhenti di stasiun kereta api dengan nama yang sama dan tak jauh dari lokasi untuk menurunkan dan menaikkan penumpang.
Pada kesempatan tertentu, selain untuk sebagai terowongan kereta aktif dan tempat wisata, Lampegan juga biasa dijadikan untuk sesi pemotretan prewedding hingga video dokumentasi dan penelitian.
"Ya pernah (dipakai) untuk foto-foto prewedding dan kunjungan anak sekolah untuk studi," ungkap salah satu warga.
Hal yang menarik lainnya ialah, jalur menuju terowongan Lampegan masih dalam satu rute menuju ke Situs Megalit Gunung Padang yang hanya berjarak sekitar 8 kilometer saja. Wisatawan bisa melanjutkan mengunjungi situs megalit yang masih misterius dan hangat diperbincangkan tersebut menggunakan jasa ojek atau mobil carteran dari terowongan Lampegan. Suasana perbuktian berkelok dengan kebun teh yang terhampar dan udara sejuk akan menyambut siapa saja yang melanjutkan perjalanan dari Terowongan Lampegan menuju ke Situs Gunung Padang.
Penulis: Danung Arifin/MUT sumber : beritasatu.com