Sabtu, 21 Februari 2015

Penanaman Karakter Budaya Sunda “Ngamumule Adat jeung Budaya”

0 comments
Penanaman karakter budaya Sunda dapat dimulai dari dikenakannya seragam kampret hitam-hitam dengan ikat kepala batik khas budaya Sunda. Pada proses pembelajarannya hal tersebut harus dikenalkan sejak dini. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat Sunda di pedesaan tidak kalah penting, dimulai dari kebiasaan bertani, bercocok tanam, pengenalan kesopanan dan kesantunan orang Sunda, serta pembiasaan penggunaan bahasa Sunda yang baik dan benar.
Karakter Sunda yang berorientasi kepada penanaman budi pekerti yang diaplikasikan dalam pergaulan sehari-hari diharapkan dapat diinternalisasi oleh setiap urang sunda, sehingga kearifan-kearifan yang dimiliki oleh para leluhur Sunda zaman dahulu dapat diterapkan pada zaman sekarang dalam menyikapi setiap tantangan yang ada.
gejala-gejala perkembangan pola hidup dan pola interaksi antar sesama manusia maupun dengan lingkungan pada saat ini menunjukan kepada pergerakan yang sangat menghawatirkan. Islam tidak mengajarkan seperti itu, islam senantiasa mengajarkan kepada peningkatan yang lebih baik, yang dapat memberikan kontribusi positif kepada sesama dan lingkungan. Dari mulai anak-anak, mereka harus digiring dengan kesadaran kepada hal-hal yang sifatnya realita dan dibimbing untuk mampu menilai kondisi yang ada.
“Anak-anak harus dibekali dengan pedoman penilaian yang sifatnya universal, sehingga mampu menilai setiap kondisi yang   ditemui. Kebudayan Sunda pada masa dahulu mampu menciptakan kesan bahwa Indonesia memiliki budaya yang sangat dikagumi di dunia internasional.
Pendidikan karakter sunda yang dipadukan dengan nilai-nilai agama yang sehingga tidak melenceng dari norma-norma agama, diharapkan menjadi software, dengan bantuan pihak sekolah dan keluarga, anak mampu mengistall dan mengaktivasikannya di dalam pemikiran, sikap dan tingkah laku sehari-hari”
Pendekatan pembelajaran melalui kebudayaan Sunda menampilkan proses pembelajaran yang “nyunda”. Anak-anak digiring ke sawah dan kebun. Mereka mengalami sendiri bagaimana cara pengolahan serta mengetahui bagaimana susahnya orang tua mereka mencari nafkah melalui bertani. Melalui alam juga, anak-anak menyaksikan dengan mata sendiri, bagaimana alam berkaitan langsung dengan kehidupan manusia, sehingga mereka memahami apa yang selayaknya manusia berikan kepada alam.
Bahasa Sunda sebagai bahasa komunikasi dikenal dengan keluasannya, dan menampilkan bahasa yang mewujudkan sosok kesopanan dan kesantunan terhadap sesama. Sehingga dengan terciptakan sikap yang benar terhadap alam dan sikap yang benar pula terhadap sesame manusia, Insya Alloh akan menciptakan generasi yang rukun, damai, maju dan sejahtera.
(dikutip dari makalah Dian Muthmain, S.Pd salah seorang guru di SDN Salem Purwakarta)