DIANTARA begitu banyaknya tradisi pada masyarakat Sunda, salah
satunya adalah Ngabungbang, yang berasal dari kata “Nga” yang bermakna
menyatukan, dan “Bungbang” yang berarti membuang atau membersihkan. Bila
di artikan secara keseluruhan, Ngabungbang adalah ritual mandi dengan
niat menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk membuang semua prilaku tidak
baik, lahir maupun batin.
Tradisi ngabungbang seharusnya dilestarikan, namun tradisi tersebut kini di kurang dilestarikan, terlebih oleh kawula muda. Akan tetapi, tradisi tersebut masih lestari di Dusun Cibanteng Desa Mulyajaya Kecamatan Kutawaluya, Karawang.
Nemin (62), salah satu warga setempat mengatakan, tradisi Ngabumbang akan terus diupayakan lestari. Senin (5/1) puluhan warga menggelar ritual tradisi Ngabumbang. Tardisi tersebu digelar bersama warga setempat dan sanak saudara Nemin, dan berlokasi di makan leluhurnya.
"Tradisi Ngabungbang yang kami lakukan ini merupakan bentuk upaya kami dalam menjaga kelestarian budaya Sunda yang hampir punah. Ngabungbang yang kami lakukan adalah ritual khusus untuk membersihkan diri dari dosa dengan cara membaca ayat suci Al-Quran yang kemudian diteruskan dengan memanjatkan doa, dan terakhir mandi di tujuh sumur,” katanya.
Salah satu kerabat Nemin, Mih Bohati menambahkan, tradisi Ngabungbang biasanya dilakukan pada malam hari tanggal 14 mulud, bertepatan dengan sinar bulan yang terang. “Ini semua kami lakukan sebagai bentuk syukur kami kepada Allah SWT yang telah memberikan rizki kepada kami. Sayang, tradisi ini telah dilupakan oleh kawula muda. Tetapi saya selaku orang Sunda akan terus berupaya melestarikan tradisi ini hingga keturunan kami berikutnya,” katanya. (yan)
sumber : spiritkarawang.com