Sabtu, 24 Januari 2015

Upacara Adat Seren Taun di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat: Kebersamaan dan Kearifan Lokal Masyarakat

0 comments


 Upacara Adat Seren Taun adalah syukuran masyarakat agraris yang diramaikan ribuan masyarakat, bahkan dari beberapa daerah di Jawa Barat dan mancanegara.
Ritual Adat Seren Taun sudah berlangsung sejak 18 Rayagung 1937. Setiap hari dipertunjukkan pencak silat, nyiblung (musik air), kesenian dari Dayak Krimun, Indramayu, suling rando, tarawelet, karinding, dan suling kumbang dari Baduy.

Pagelaran budaya yang digelar setiap 22 Rayagung dalam kalender Sunda ini merupakan warisan budaya lokal Sunda yang masih dirayakan setiap tahun hingga saat ini.

Istilah Seren Taun dalam bahasa Sunda berasal dari kata seren artinya menyerahkan dan taun yang berarti tahun. Seren Tahun bermakna serah terima tahun yang lalu ke tahun yang akan datang sebagai penggantinya. Upacara Adat Seren Taun merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas segala karunia hasil pertanian pada tahun ini dan berharap hasil pertanian akan meningkat pada tahun yang akan datang.

Bilangan 22 pada penanggalan 22 Rayagung dan 22 kwintal padi yang ditumbuk memiliki makna tersendiri yaitu berasal dari bilangan 20 dan 2. Padi yang ditumbuk pada puncak acara sebanyak 22 kwintal dengan pembagian 20 kwintal untuk ditumbuk dan dibagikan kembali kepada masyarakat dan 2 kwintal digunakan sebagai benih.

Padi menjadi objek utama upacara adat ini karena padi dianggap sebagai lambang kemakmuran daerah Cigugur. Padi juga direkatkan dengan berbagai cerita rakyat seperti Pwah Aci Sahyang Asri. Pwah Aci (Pohaci)  yang lebih dikenal dengan Dewi Sri yaitu tokoh yang telah melegenda dan memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat agraris Sunda. Pohaci dipercaya memberikan kesuburan bagi petani sebagai utusan dari Jabaning Langit yang turun ke bumi.

Dalam Upacara Adat Seren Taun akan dituturkan kembali kisah-kisah klasik pantun Sunda yang bercerita tentang perjalanan Pwah Aci Sahyang Asri. Tari Pwah Aci sendiri merupakan salah satu seni tari spiritual yang di dalamnya tersirat ungkapan rasa hormat dan bhakti kepada Sang Pemberi Hidup melalui gerak dan ekspresi.

Dalam acara adat ini Anda akan melihat juga tarin diiringi alat musik angklung. Suara angklung yang ditimpali suara gendang mempu menghasilkan harmoni suara yang menakjubkan. Ada juga arak-arakan berbagai hasil panen masyarakat Cigugur. Seribu kentongan akan menjadi penutup rangkaian acara di Bukit Situ Hyang menuju Paseban Tri Panca Tunggal diikuti kemudian dengan 10 orang rampak kendang.

Transportasi
Untuk datang ke Cigugur di Kuningan, Jawa Barat maka alternatif dari Jakarta dapat memanfaatkan kereta api yang menuju ke Stasiun Kejaksan Cirebon. Dari Cirebon lanjutkan perjalanan dengan travel setempat untuk diantar langsung ke tempat tujuan. Harga travel ini ongkosnya di bawah lima puluh ribu rupiah. Anda pun dapat menggunakan angkutan bus dari kota terdekat yang menuju terminal bus di Kabupaten Kuningan.

sumber :  www.indonesia.travel